BDBH FILM

Monday 9 February 2015

Aryo dan Azeng - Ode untuk Cinta, Basket dan Hujan (Part I)


"Cinta itu seperti mawar, bila kau tak dapat wanginya, maka kau dapat durinya, namun terkadang, kau bisa mendapatkan keduanya sekaligus. Aryo itu seperti bunga bangkai. wanginya busuk, hati dan rupanya juga gak kalah busuk." (Bambang Gentolet - Filsuf Mabok)

Sore dilapangan basket kampus, seperti biasa, ada orang bermain basket (ya iyalah, namanya juga lapangan basket). aryo datang dengan gaya gak parlente.  Perlu diketahui kalau aryo sudah menjadi kapten tim basket dengan metode pemilihan yang tidak demokratis, dia dipilih hanya karena dia bisa bermain disegala posisi. posisi babu, posisi kacung, dan posisi budak.
sore itu seperti biasa aryo berlatih basket dan pamer pesonanya yang gak karuan kepada cewek - cewek basket. "sebagai ketua, akulah yang paling keren" batin aryo. dia memulai latihannya dengan menyapu lapangan basket terlebih dahulu. aryo terlihat sangat lihai dalam hal sapu menyapu, tangan - tangannya yang lusuh begitu terampil. bahkan kita harus memberi apresiasi lebih untuk kehebatan aryo dalam hal yang satu ini. kehidupannya yang absurd justru membuatnya sangat fenomenal dalam urusan sapu menyapu.
tapi sayang, keahliannya dalam menyapu tidak menular dalam kemampuannya bermain basket. kakinya yang pendek membuat aryo terlihat pendek dan parahnya, hal itu diimbangi dengan otaknya yang juga selalu berpikir pendek. jadi kemampuannya dalam bermain basket tidak lebih hebat daripada anak kelas 5 SD. ketua cemen.

"ayo semua, kita mulai berlatih" kata aryo setelah melakukan "pemanasan" dengan panas - panasan sambil nyapu hehe. tak ada anak basket yang peduli ajakan aryo "ayo kita latihan" aryo mengulangi kata - katanya, tapi sekali lagi, tak ada yang menggubris ketiak unta alias aryo. "woiiiii, ayo mulaaiiii latihaaannnnnn" aryo teriak kepada anak anak basket yang lain, "kak. . ." ada yang memanggil aryo "nah, gitu dong, ayo kita latihan" kata aryo pada salah seorang anak basket yang barusan memanggilnya "kak, beli air gallon dulu sana" aryo melonggo. dia disuruh beli air oleh anak buahnya sendiri. dan gobloknya, aryo langsung berangkat beli air. Ketua yang dianggap budak.

*****
Setelah disuruh - suruh beli air galon secara semena - mena oleh anak buahnya, aryo kembali ke lapangan dengan membawa segalon air, dia menenteng galon dengan keren, saking kerennya, aryo sampek gak ada bedanya dengan kuli panggul pasar badung hehehe.
aryo mendapati rekan - rekannya mulai berlatih, dia melihat sekelilingnya, mata liarnya terhenti saat menatap azeng. wanita dengan body luar biasa bohay, bahenol depan belakang, sungguh pemandangan terindah sore itu. aryo dengan otak simpansenya merekam itu sebagai kode. kode kalau azeng adalah calon korban dalam cerita ini. "woi ketua keling, awasss bolaaaaa" teriak salah satu anak buah aryo. tiba - tiba sebuah bola melayang dan langsung mendarat mulus dikepala aryo 'BUUKKK'. aryo terjatuh, wakil ketua basket, bawok, mendatangi aryo. bawok punya wajah yang unik, dagunya sangat mempesona dan kekar seperti dagu hercules, rambutnya seperti brokoli yang siap panen, dan bodinya agak lembek akibat lemak yang tidak pada posisinya. bawok mengambil bola yang terjatuh tak jauh dari aryo, "syukurlah bolanya gak papa" kata bawok sambil mengusap usap bola tanpa peduli pada aryo, bola basket masih lebih penting ketimbang aryo. "oii bawok, aku dong peduliin, malah bola yang dia usap usap" ketua komplain ke wakilnya "eh, muka babi usus anjing, kotor nih bola habis kena kepalamu, punya kepala tu yang bagusan dikit napa" si bawok sewot "hmmppp, ya dah wok huuuu" aryo berdiri sendiri. bawok dan aryo emang seperti air dan minyak babi, tak bisa bersatu. walau mereka ketua dan wakil, tapi karakteristik mereka sangat berbeda, bawok itu orangnya rada cuek dan aryo lebih sering dicuekin hehhe.
Latihan basket dimulai dari lari – lari mengitari lapangan, mereka biasa menyebut itu stretching atau pemanasan, gunanya supaya otot – otot kaki biar lemes dan tidak mengalami kram pada saat latih tanding. Bawok dan anak basket yang lain berlari – lari kecil dengan santai, aryo juga ikutan tapi dia lari dengan menggunakan kedua tangan dan kaki secara bersamaan, “woi abas, kamu ngapain lari kayak anjing gitu?” bawok mempertanyakan metode lari aryo “ini biar tangan juga gak kram, btw abas apaan wok?” aryo menjawab bawok dengan teori absurd “abas tu anak bhasong. teori apa itu? suka suka kamu lah ndel” bawok malas berdebat dengan illemitus sipillus (nama latin aryo). jadi bawok biarkan saja aryo berlari ala doggy style.
Setelah capek muter – muter lapangan, barulah anak – anak basket ini mulai berlatih. Ada latihan shooting, dribel dan latihan passing. Saat latihan inilah aryo menggila, dia selalu ingin tampil keren dan macho layaknya pemain NBA. Gak peduli kaos putihnya yang berubah warna jadi abu – abu akibat kelunturan keringatnya, aryo mulai mempraktekan trik basketnya yang cemen.
“gini ini caranya shooting” aryo melompat dan melepar bola ke arah ring, bola melucur dan..... gak masuk. “hoooo bodoohh” anak basket lain menyoraki ketua mereka yang berlagak. Aryo hanya cengengesan dikatai oleh anggota basket lainnya. Anak – anak basket yang lain melanjutkan berlatih shooting, azeng yang polos mendatangi aryo “kak, gimana sih caranya shooting?” azeng bertanya pada kambing gelap alias aryo “ohh, itu mudah” kata aryo yang tadi gagal masukin bola dengan enteng “bawookkkkk” aryo teriak memanggil wakilnya “apa tem?” bawok menghampiri aryo “coba kamu praktekin gimana caranya shooting yang baik ke temen temen yang lain” kata aryo yang tak ingin menanggung malu kedua kalinya, bawok hanya geleng – geleng kepala melihat kelakuan ketua macam aryo. “gini caranya, tangannya harus pas, terus lihat ke arah ring,dan tembak” bawok menembak bola ke arah ring dan bola hanya mengenai ring dan..... gak masuk juga. Bawok dan aryo cengengesan bareng, azeng menggeleng sedih melihat kelakuan mereka. Ketua dan wakil yang koplak.

*****

“kamu yang namanya azeng itu ya?” Tanya aryo pada azeng yang sibuk latihan dribble
“iya kak, ada apa kak?” azeng bertanya balik.
“kamu bagus main basketnya, aku pikir kamu berbakat” ujar aryo ngasal.
“ah, aku masih belum ahli kak, kakak ini terlalu melebih lebih kan” azeng merendah karena memang dia masih level amatir.
“oke, kakak mau lanjut latihan dulu” aryo berlalu meninggalkan azeng dengan gaya yang sok cool, dia mencoba memberi kesan tidak tertarik pada azeng. Padahal dalam hatinya, aryo sudah menggebu – gebu terhadap azeng, tapi aryo masih berusaha “bermain” halus.
“iya kak” azeng cuek saja. Tidak terlalu peduli. Baginya, pembicaraan dengan aryo tidaklah terlalu penting dan tidak  meninggalkan kesan, mudah dilupakan.
Sore itu masih hangat, matahari menikmati pergantiaannya dengan rembulan, aryo sang bibir menor mulai melakukan pendekatan sederhana dengan azeng, sebuah pijakan awal untuk menghujani azeng dengan trik modus kacangan. Bola basket yang bundar menjadi saksi bisu kebulatan tekad aryo dalam mendekati azeng. Bola basket jugalah yang menjadi penentu hubungan mereka nantinya.

0 comments:

Post a Comment