"Cinta itu seperti mawar, bila kau tak dapat wanginya, maka kau
dapat durinya, namun terkadang, kau bisa mendapatkan keduanya sekaligus. Aryo
itu seperti bunga bangkai. wanginya busuk, hati dan rupanya juga gak kalah
busuk." (Bambang Gentolet - Filsuf Mabok)
Sore dilapangan basket kampus, seperti biasa, ada orang bermain basket (ya
iyalah, namanya juga lapangan basket). aryo datang dengan gaya gak
parlente. Perlu diketahui kalau aryo
sudah menjadi kapten tim basket dengan metode pemilihan yang tidak demokratis,
dia dipilih hanya karena dia bisa bermain disegala posisi. posisi babu, posisi
kacung, dan posisi budak.
sore itu seperti biasa aryo berlatih basket dan pamer pesonanya yang gak
karuan kepada cewek - cewek basket. "sebagai ketua, akulah yang paling
keren" batin aryo. dia memulai latihannya dengan menyapu lapangan basket
terlebih dahulu. aryo terlihat sangat lihai dalam hal sapu menyapu, tangan -
tangannya yang lusuh begitu terampil. bahkan kita harus memberi apresiasi lebih
untuk kehebatan aryo dalam hal yang satu ini. kehidupannya yang absurd justru
membuatnya sangat fenomenal dalam urusan sapu menyapu.
tapi sayang, keahliannya dalam menyapu tidak menular dalam kemampuannya
bermain basket. kakinya yang pendek membuat aryo terlihat pendek dan parahnya,
hal itu diimbangi dengan otaknya yang juga selalu berpikir pendek. jadi
kemampuannya dalam bermain basket tidak lebih hebat daripada anak kelas 5 SD.
ketua cemen.
"ayo semua, kita mulai berlatih" kata aryo setelah melakukan
"pemanasan" dengan panas - panasan sambil nyapu hehe. tak ada anak
basket yang peduli ajakan aryo "ayo kita latihan" aryo mengulangi
kata - katanya, tapi sekali lagi, tak ada yang menggubris ketiak unta alias
aryo. "woiiiii, ayo mulaaiiii latihaaannnnnn" aryo teriak kepada anak
anak basket yang lain, "kak. . ." ada yang memanggil aryo "nah,
gitu dong, ayo kita latihan" kata aryo pada salah seorang anak basket yang
barusan memanggilnya "kak, beli air gallon dulu sana" aryo melonggo.
dia disuruh beli air oleh anak buahnya sendiri. dan gobloknya, aryo langsung
berangkat beli air. Ketua yang dianggap budak.
*****
Setelah disuruh - suruh beli air galon secara semena - mena oleh anak
buahnya, aryo kembali ke lapangan dengan membawa segalon air, dia menenteng
galon dengan keren, saking kerennya, aryo sampek gak ada bedanya dengan kuli
panggul pasar badung hehehe.
aryo mendapati rekan - rekannya mulai berlatih, dia melihat sekelilingnya,
mata liarnya terhenti saat menatap azeng. wanita dengan body luar biasa bohay,
bahenol depan belakang, sungguh pemandangan terindah sore itu. aryo dengan otak
simpansenya merekam itu sebagai kode. kode kalau azeng adalah calon korban
dalam cerita ini. "woi ketua keling, awasss bolaaaaa" teriak salah
satu anak buah aryo. tiba - tiba sebuah bola melayang dan langsung mendarat
mulus dikepala aryo 'BUUKKK'. aryo terjatuh, wakil ketua basket, bawok,
mendatangi aryo. bawok punya wajah yang unik, dagunya sangat mempesona dan kekar seperti dagu hercules, rambutnya seperti brokoli yang siap panen,
dan bodinya agak lembek akibat lemak yang tidak pada posisinya. bawok mengambil
bola yang terjatuh tak jauh dari aryo, "syukurlah bolanya gak papa"
kata bawok sambil mengusap usap bola tanpa peduli pada aryo, bola
basket masih lebih penting ketimbang aryo. "oii bawok, aku dong peduliin,
malah bola yang dia usap usap" ketua komplain ke wakilnya "eh, muka
babi usus anjing, kotor nih bola habis kena kepalamu, punya kepala tu yang
bagusan dikit napa" si bawok sewot "hmmppp, ya dah wok huuuu"
aryo berdiri sendiri. bawok dan aryo emang seperti air dan minyak babi, tak
bisa bersatu. walau mereka ketua dan wakil, tapi karakteristik mereka sangat
berbeda, bawok itu orangnya rada cuek dan aryo lebih sering dicuekin hehhe.
Latihan basket dimulai dari lari – lari mengitari lapangan, mereka biasa
menyebut itu stretching atau pemanasan, gunanya supaya otot – otot kaki biar
lemes dan tidak mengalami kram pada saat latih tanding. Bawok dan anak basket
yang lain berlari – lari kecil dengan santai, aryo juga ikutan tapi dia lari
dengan menggunakan kedua tangan dan kaki secara bersamaan, “woi abas, kamu ngapain lari
kayak anjing gitu?” bawok mempertanyakan metode lari aryo “ini
biar tangan juga gak kram, btw abas apaan wok?” aryo menjawab bawok dengan teori absurd “abas tu anak
bhasong. teori apa itu? suka suka kamu lah ndel” bawok malas berdebat dengan illemitus sipillus (nama latin aryo). jadi
bawok biarkan saja aryo berlari ala doggy
style.
Setelah capek muter – muter lapangan, barulah anak – anak basket ini mulai
berlatih. Ada latihan shooting, dribel
dan latihan passing. Saat latihan
inilah aryo menggila, dia selalu ingin tampil keren dan macho layaknya pemain
NBA. Gak peduli kaos putihnya yang berubah warna jadi abu – abu akibat
kelunturan keringatnya, aryo mulai mempraktekan trik basketnya yang cemen.
“gini ini caranya shooting” aryo melompat dan melepar bola ke arah ring,
bola melucur dan..... gak masuk. “hoooo bodoohh” anak basket lain menyoraki ketua
mereka yang berlagak. Aryo hanya cengengesan dikatai oleh anggota basket
lainnya. Anak – anak basket yang lain melanjutkan berlatih shooting, azeng yang
polos mendatangi aryo “kak, gimana sih caranya shooting?” azeng bertanya pada
kambing gelap alias aryo “ohh, itu mudah” kata aryo yang tadi gagal masukin
bola dengan enteng “bawookkkkk” aryo teriak memanggil wakilnya “apa tem?” bawok
menghampiri aryo “coba kamu praktekin gimana caranya shooting yang baik ke
temen temen yang lain” kata aryo yang tak ingin menanggung malu kedua kalinya,
bawok hanya geleng – geleng kepala melihat kelakuan ketua macam aryo. “gini
caranya, tangannya harus pas, terus lihat ke arah ring,dan tembak” bawok
menembak bola ke arah ring dan bola hanya mengenai ring dan..... gak masuk juga.
Bawok dan aryo cengengesan bareng, azeng menggeleng sedih melihat kelakuan
mereka. Ketua dan wakil yang koplak.
*****
“kamu yang namanya azeng itu ya?” Tanya aryo pada azeng yang sibuk latihan dribble
“iya kak, ada apa kak?” azeng bertanya balik.
“kamu bagus main basketnya, aku pikir kamu berbakat” ujar aryo ngasal.
“ah, aku masih belum ahli kak, kakak ini terlalu melebih lebih kan” azeng
merendah karena memang dia masih level amatir.
“oke, kakak mau lanjut latihan dulu” aryo berlalu meninggalkan azeng dengan
gaya yang sok cool, dia mencoba memberi kesan tidak tertarik pada azeng. Padahal
dalam hatinya, aryo sudah menggebu – gebu terhadap azeng, tapi aryo masih
berusaha “bermain” halus.
“iya kak” azeng cuek saja. Tidak terlalu peduli. Baginya, pembicaraan dengan
aryo tidaklah terlalu penting dan tidak meninggalkan kesan, mudah dilupakan.
Sore itu masih hangat, matahari menikmati pergantiaannya dengan rembulan,
aryo sang bibir menor mulai melakukan pendekatan sederhana dengan azeng, sebuah
pijakan awal untuk menghujani azeng dengan trik modus kacangan. Bola basket
yang bundar menjadi saksi bisu kebulatan tekad aryo dalam mendekati azeng. Bola
basket jugalah yang menjadi penentu hubungan mereka nantinya.
0 comments:
Post a Comment